Kamis, 12 April 2018

“Macan putih, Hati Putih”


Ada tulang putih,
Rambut putih,
Gigi putih,
Darah putih,
Mata putih,
Mengapa hati mu tak putih?

Main ganda muda tua,
Dua kali ganti nahkoda,
Mengapa engkau selalu tergoda?
Kakanda dioda, adinda elektroda, sama saja!
Mengapa saling mengurinda?

Opa tua,
Ini marcapada, ini mayapada
Jangan ajari belanda propaganda,
Porakporandalah jejak penanda legenda!
Bunda menjada, dinda menduda, taka ada canda dipenjara!

Hai kuda muda,
Kau dan aku seberinda,
Waspada adu domba si tua yang berkuasa!
Mari kita menyelembada nada, menyerunda persada,
Mangaunglah macan putih berhati putih!


NHN, 12042018

Selasa, 10 April 2018

Kolam Atutu, kolam di Kelurahan Airnona yang TERLANTAR.

Kolam Atutu, kolam di Kelurahan Airnona yang TERLANTAR.
Kemarin, Beta pi barendam kolam Airnona, dulu disebut kolam Atutu, tempat mandi dua putri raja Baki Sonbai. Sayang prasasti yang ada sepotong cerita disamping pohon beringin samping kolam depan kantor lurah airnona itu sudah tidak ada lagi, sejak direnovasi.
Kayaknya sisa ini kolam Airnona dan kolam Amnesi saja kolam alam warga yang free di Kota Kupang. Sayang kondisinya kurang terawat. Penuh dedaunan dan lumut. Tegelnya pun sudah banyak yang pecah. Kemarin seorang warga kakinya terobek karena menginjak bagian tehel pecah didasar kolam.
Kolam yang dulu berdinding batu, saat ini dipasang tehel semuanya, dasarnya su pendek sa sekarang, padahal dulu kalau mata air su pecah, ada juga rembesan mata air dari bagian dasar kolam. Dulu, orang dewasa berdiri ju masih tenggelam, sekarang bagian paling dalam hanya sebatas leher orang dewasa sa, kata om A.
Sejak rehap dan diserahkan ke pihak kelurahan, tak ada orang khusus yang diberikan tanggungjawab untuk menjaga kebersihan kolam dan sekirtarnya. Lopo-lopo, prosotan dan ayunan su bakarat, bangku beton penuh coretan vandalis, bahkan tangga stenlis dalam kolam pun hilang, tersisa 1 saja, sampah plastik berserakan.
Sebuah bangunan bertingkat dari kayu, bagus yang direncanakan sebagai perpustakaan warga, kosong, terlantar begitu saja. Coba dong pasang wifi ko kitong pung anak sekolah datang baca buku dan kerja tugas sekolah sambil menikmati sejuknya sekitar kolam na bae e, ko ada dana operasional Lurah tu, kata om E.
Banyak anggaran yang su dikeluarkan, coba dong kasi kitong warga ko kelola, kasi gaji dua tiga orang ko tiap hari jaga kebersihan, cedok kotoran dalam kolam, na bae e. Musim panas, kalo kolam kering na, buat sumur bor didalam halaman kantor lurah sa untuk isi air kolam to, kata ama W.
Sekitar tahun 2004, KNPI Kota Kupang pernah buat lomba renang di kolam ini, ramai sekali. Tahun 2007/2008 Geng motor IMUT dan lurah Airnona saat itu, pernah buat kebun organik di halaman kantor lurah dan tanah ditanah warga didekat kolam ini. Bahkan, sudah dibuat perpustakaan kelurahan untuk anak sekolah dan warga, namanya perpustakaan Atutu. Beta tanam pinang bonak di halaman kantor lurah, su sonde ada lai.
Sekarang, kolam ini menjadi tempat latihan atlit renang Kota Kupang dan Propinsi NTT. Ya, dikolam penuh lumut, lumpur dan sampah ini atlit renang kita mengasah stamina.
Aset ini terlantar. Sungguh disayangkan.
Semoga para caleg yang ada masok keluar rumah warga Airnona bisa pikir ini. Walikota Kupang sesekali datang maloi ko mandi disini, supaya ada ide urus ini kolam, di Airnonia ini basis Jeriko Firmanmu to... mari ko urus su... bikin bae pengelolaan fasilitas, bahkan pasang pipa ke warga di Kapadala dan sekitarnya supaya bisa ba tanam sayur..

https://www.facebook.com/noverius.nggili/posts/1570419306340166?notif_id=1523171495964780&notif_t=feedback_reaction_generic&ref=notif



"il il il"

si dekil, ngupil sambil cukil, 
sentil moril fertil berhasil hamil, 
kancil kecil bugil menggigil memanggil adil, 
secuil tansil menjahil pentil, 
mustahil berwakil centil nihil dalil,
pupil kerucil pengungkil dapil,
walhasil tampil profil reptil.....

Rabu, 04 April 2018

Beta masih ada, dan akan tetap ada!


Beta masih ada, dan akan tetap ada!
Lu silahkan catat dan pakai analisis patah arang
Dengan lu pung kamomos, putar balek, mana’o dan kebencian
Lu pake suanggi seperti dong yang lagi berebut tahta
Lu buat peti mati dan gali lubang kubur dalam lompor
Namun, seperti abu-debu, Beta akan ada!

Beta pung teguran buat lu marah?
Buat lu pung muka merah?
Seperti Beta pung kebun penuh marungga dan jagong pulut sa
Seperti Lumbung penuh padi dan sorgum, tumpah ruah di teras rumah sa
Seperti rembulan dan mentari, itu pasti
Seperti laut pasang dan surut, itu pasti
Seperti impian visioning tapeluk bangun kampong, Beta akan tetap ada!

Lu ingin lihat Beta pung sayap patah?
Menutup mata dan tondok kepala?
Punggung luka pikul air siram sayur?
Ma’ka-meting sebelum tsunami, dan terhempas
Menangis saja waktu mayat-mayat datang tanpa organ dalam?
Sonde, itu sonde akan terjadi, Beta akan tetap ada!

Lu jang sampe pica kepala pikir terlalu banyak lakon
Hanya karena Beta batareak pe’e gigi seolah Beta pemilik mamar
Pung hutan lebat bersanding galian tambang di kampong kering langganan banjir
Lu silahkan tembakan meriam menarik hati, penuh caci maki
Lu silahkan pakai mata na’if untuk mengores-gores urat nadi ini
Lu silahkan menikam Beta pung jantung dengan kebencian,
Lu pikir Beta mati?
Lu kelirui, napas impian itu selalu hidup, Beta akan tetap ada!
                                                                                                
Cantik, Seksi, Eksotik putri-putri berdebu savana membuat lu bernafsu?
Menghitung modal kupon putih yang tak pernah habis
Pun membius Lencu dan Gincu di kelamin simpanan yang tertular virus,
Harga jenasah identitas palsu itu hanya arwah penasaran?
Lu jang kaget, ke mabok sopi kepala, pikir setoran proyek dan daftar mutasi
Kalo Beta datang ba’foti , ba’ja’i deng giring-giring emas, menghunus kalewang
Dari lopo-lopo buta asal-usul, Beta akan tetap ada!
Dari dalam celah marmer faut kanaf yang sakit, Beta pasti bangkit!

Beta, awan gelap dan sinar terik yang datang bergantian bersama pasang surut
Membekaskan takut dari jejak hutang alam, nyawa dan air mata sesama di lu pung saku baju
Meniupkan awan hujan badai  ke tanah tandus, Beta akan tetap ada!
Menyanyikan memori terlarang yang lu ciptakan dan sembunyikan
Menyiapkan syair ratapan untuk lu dibalik jeruji besi
Lu tunggu su, lu pung waktu su dekat,
Beta su bangkit, jadi Beta pasti akan tetap ada!

NHN, 04042018

Genosida Intelektual, UGM dalam Bayang Tragedi ’65


Pada rentang waktu 1965-1966, terjadi pembantaian massal di seluruh wilayah Indonesia terhadap para terduga komunis. Semua orang yang berafiliasi ataupun diduga memiliki hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) ditangkap dan dibunuh. Mereka yang tertangkap namun tidak dibunuh harus menjalani tahanan, kerja paksa, dan diskriminasi untuk waktu yang lama, bahkan hingga saat ini.
Majelis Hakim International People Tribunal (Pengadilan Rakyat Internasional) 1965 menyatakan pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas 10 kejahatan kemanusiaan berat pada kurun 1965-1966. Setelah mempertimbangkan berbagai bukti di pengadilan, putusan dibacakan oleh Majelis Hakim, Zak Yacoob, pada 20 Juli 2015. Pemerintah Indonesia dinyatakan sebagai pelaku yang bertanggung jawab dan harus meminta maaf.
Dampak perisritiwa ‘65 tidak hanya membenturkan masalah ideologi dan politik, namun pendidikan juga terkena dampaknya. UGM sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia terkena dampak yang cukup besar. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) No. 01/dar 1965 oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), semua organ yang diduga terafiliasi dengan PKI dilarang untuk beroperasi dan anggotanya diadili. Lembaga yang dilarang mencakup organ mahasiswa seperti Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PERHIMI). Anggota CGMI dan PERHIMI yang menjabat posisi-posisi penting di Dewan Mahasiswa (DEMA) dan Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA) UGM juga mengalami dampak dari peristiwa ’65 berupa proses penyaringan dan pemecatan.
Berdasarkan penelusuran di arsip UGM, ditemukan beberapa SK yang berkaitan dengan pemecatan, penangkapan, dan penyingkiran dosen dan mahasiswa yang dianggap terlibat G30S. Prof. Herman Johannes, Rektor UGM pada 1961 hingga 1966, meneken surat-surat tersebut. Melalui SK Rektor No. 15 tahun 1965, UGM menonaktifkan sementara beberapa mahasiswa anggota KODEMA fakultas yang diduga berafiliasi dan menjadi anggota CGMI dan PERHIMI.
Keluarnya SK tersebut merupakan tindak lanjut dari instruksi Menteri PTIP No. 02/Dar/1965 tentang pembekuan organisasi mahasiswa CGMI dan PERHIMI. UGM pada masa-masa genting pasca tragedi ‘65, tepatnya pada awal tahun 1966, pernah menerima kedatangan komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) saat itu, Sarwo Edhie Wibowo. Letnan Jenderal TNI ini mendatangi UGM dan berbicara di depan mahasiswa mengenai peranan Resimen Mahakarta (sekarang Resimen Mahasiswa) terhadap pemberantasan G30S. Fakta ini didapatkan dari catatan buku tamu yang berisi daftar kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pihak kampus periode 1960-an yang tersimpan di arsip UGM.
Muhayati, mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM tahun 1961 mengatakan bahwa para korban merupakan anggota-anggota organisasi yang dianggap underbow PKI oleh pemerintah masa itu. Menurut mahasiswa yang saat itu menjadi korban pemenjaraan tanpa pengadilan, organisasi-organisasi yang dianggap underbow PKI meliputi Gerakan Wanita Indonesia, CGMI, Serikat Buruh Indonesia, Lembaga Kebudayaan Rakyat, Himpunan Sarjana Indonesia, hingga Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia dan Buruh Tani Indonesia.
Terkait organ-organ yang dianggap underbow PKI, Muhayati yang pada masa itu merupakan bendahara KODEMA Fakultas Kedokteran mengaku banyak teman-temanya yang anggota CGMI tertangkap. Ia mengatakan, beberapa mahasiswa yang tertangkap bukanlah anggota PKI. “Hanya ideologi mereka yang sama dengan gerakan kiri, karena mereka membela rakyat kecil,” ungkapnya.
Prof. Dr. Ichlasul Amal, guru besar Ilmu Politik UGM menceritakan bahwa keadaan UGM pada saat pasca G30S cukup mencekam. Ia menerangkan bahwa kondisi kampus saat itu terbelah dua secara politis antara kubu pro-Soekarno dan anti-Soekarno. Guru Besar FISIPOL UGM ini mengemukakan bagaimana sengitnya pertempuran kedua kubu sehingga membuat suasana kampus menjadi semakin tidak kondusif. Menurutnya, tidak jarang pula terjadi insiden bentrokan antara sesama mahasiswa baik itu yang pro maupun anti Soekarno.
Amal juga mengungkapkan dalam situasi politik yang panas, UGM sendiri tidak tegas dalam menentukan sikap. “Membantu tidak, anti juga tidak,” jelasnya. Amal menambahkan bahwa sikap Herman yang tidak tegas pada tahun 1966 ini yang kemudian menjadi penyebab demo mahasiswa dengan skala yang besar. Mahasiswa menginginkan ketegasan UGM dalam bersikap. Amal juga mengatakan pada akhirnya Herman turun dari jabatan rektor, tidak cukup hanya turun, Herman dipenjara selama tiga bulan.
Paham-paham kiri, seperti yang diakui Ichlasul Amal, sangat mendominasi UGM pada masa itu. Ia mengatakan jumlah mahasiswa dan dosen yang simpatik terhadap ideologi kiri pun mencapai jumlah yang signifikan di lingkungan UGM. Hal ini menurutnya menyebabkan banyak yang terkena penyaringan ideologis kampus. Salah satu dosen yang turut hilang yaitu dosen Sosiatri. “Padahal dia termasuk dosen yang baik dalam penelitian,” jelas Amal.
Lebih jauh lagi, di salah satu sudut Museum UGM terdapat satu piagam penghargaan bertanggalkan 19 Desember 1965, yang diberikan oleh RPKAD kepada UGM sebagai institusi. Dalam piagam itu secara eksplisit tertulis bahwa RPKAD menyampaikan rasa terima kasih kepada UGM yang telah memberikan bantuan-bantuan bentuk apapun dalam rangka penumpasan Gestapu/PKI di Jawa Tengah. Piagam penghargaan ini seakan menegaskan peran UGM dalam membantu upaya pembersihan orang-orang yang dianggap sebagai biang keladi “kup”.
Menurut data yang diperoleh dari Dr. Abdul Wahid, dosen Sejarah UGM, jumlah dosen dan mahasiswa yang dinonaktifkan oleh UGM jauh lebih banyak dibandingkan kampus lain. Menurut data tersebut, di UGM jumlah warga kampus yang terkena “jaring tangkapan” pemerintah mencapai 3.121 orang dan menempatkannya di urutan pertama. Dalam data tersebut “jaring tangkapan” UGM terlihat jauh lebih banyak dibandingkan dengan Universitas Padjadjaran yang menempati posisi kedua, dengan total 252 orang dan IKIP Bandung di urutan ketiga dengan jumlah 80 orang.
Sesuai dengan SK yang dikeluarkan terkait pemecatan mahasiswa, Muhayati menceritakan bahwa setelah itu mahasiswa tidak dapat melanjutkan masa studi perkuliahannya. “Tidak mungkin saya kuliah lagi, tidak akan diterima,” tuturnya.  Muhayati menambahkan bahwa pengumuman pemecatan dirinya didapat dari rekan satu fakultasnya yang mendapati nama Muhayati ada di papan pengumuman. Sebelum melihat papan pengumuman, Muhayati telah mengetahui bahwa dirinya akan diberhentikan.
Abdul Wahid mengistilahkan peristiwa di dunia akademik UGM pasca G30S/PKI sebagai Genosida Intelektual. Ia menyinyalir hilangnya satu generasi intelektual, produk dari periode tahun 1950-an, termasuk mereka yang menjadi eksil. Padahal, menurutnya banyak dari mereka yang mendapat beasiswa dari Soekarno untuk belajar di luar negeri, seperti Tiongkok dan beberapa negara di Eropa.
Dilansir dari BBC, beberapa mahasiswa Indonesia yang dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan studi di masa pemerintahan Soekarno enggan untuk kembali ke tanah air.  Peralihan kekuasaan dari orde lama ke orde baru disinyalir menjadi penyebabnya. Misalnya Ronny Surjomartono, ia adalah mahasiswa UGM pada tahun 1963 sebelum akhirnya ia dikirim ke Ceko untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Praha. Ia enggan kembali ke tanah air karena kebijakan pemerintah Soeharto yang memenjarakan para teduga komunis dan kelompok pendukung Soekarno. Ia kemudian menetap di luar negeri sebagai eksil.
Dalam penelitian yang dilakukan Willy Afarius Arema, mahasiswa sejarah angkatan 2014, kondisi politik kampus setelah ‘65 ditandai dengan dibentuknya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi-organisasi mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya tergabung dalam KAMI. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia tidak diketahui pastinya apakah bergabung atau tidak. “Tetapi kemungkinan separuhnya bergabung, mereka semacam pengurus untuk mengisi DEMA yang dulunya diisi CGMI,” jelasnya.
Menurut Willy, untuk menjaga marwahnya dalam panggung keilmuan, UGM turut melakukan perubahan komitmen. UGM yang sebelumnya merupakan kampus sosialis berubah menjadi kampus kerakyatan merupakan suatu kewajaran karena harus mengikuti arus utama. Sebagai salah satu bukti perubahan itu adalah digantinya rektor pada kala itu Prof. Herman Johanes menjadi drg. Nazir Alwi. “Tidak mungkin UGM tetap berkomitmen berideologi kiri ketika pemerintah berhaluan lain,” ujar Willy.
Willy memaparkan,  dalam suatu kesempatan menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1966 Rektor UGM drg. Nazir Alwi berpidato. Isi pidato tersebut mengatakan bahwa UGM harus menjadi cermin kecermelangan Orde Baru. Sehingga Willy menafsirkan bahwa sebenarnya ide dari Nazir Alwi ini merupakan kepanjangan dari para penguasa Orde Baru nantinya. Willy juga mengimbuhkan adanya slogan Orde Baru berisi koreksi total atas segala kesalahan Orde Lama. Salah satu tandanya yaitu dengan rencana akan kembali bekerjasama dengan instansi manapun. Sebagaimana pemerintah Orde Baru kemudian kembali membuka hubungan dengan Amerika Serikat.
Upaya-upaya terus dilakukan berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan masalah ‘65. Dilansir dari BBC, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengharapkan Presiden Joko Widodo dapat mengambil inisiatif untuk meminta maaf atau menyatakan penyesalan kepada korban pelanggaran HAM pasca ‘65. Terkait upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM, Presiden Jokowi mengambil langkah penyelesaian yang dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. “Kita tidak memiliki pilihan, (kasus dugaan pelanggaran HAM berat pasca 1965) itu harus diselesaikan. Karena itu menyangkut korban, menyangkut sejarah, menyangkut hak-hak orang,” ungkap Nur Kholis selaku Ketua Komnas HAM.
Pihak UGM sendiri sampai saat ini masih tidak jelas dalam menentukan sikapnya perihal keterlibatan kampus dengan peristiwa G30S. “Bukan kapasitas kami [UGM] untuk melakukan penelusuran,” tutur Dwikorita saat diwawancara the Jakarta Post 2015 lalu. Dwikorita saat itu, menginginkan UGM untuk fokus pada pengembangan ilmiah dan tidak ingin terjebak pada permasalahan yang berhubungan dengan sejarah kelam UGM.
Muhayati mengungkapkan kekecewaannya tentang stigma masyarakat yang terbentuk pasca tragedi ‘65 telah menciptakan momok tersendiri. Di samping kekecewaannya, Ia berharap agar generasi muda sekarang memikirkan cara menyatukan dan membangun bangsa Indonesia. Karena menurutnya, ketika ilmu dan kemanusiaan tidak dihargai, akibatnya perpecahan tidak dapat dihindari.
Penulis : Anggriani Mahdianingsih, Fahmi Sirma, Maheswara Nusantoro
Editor : Ahmad Fauzi

60 Jenis Tanaman Obat Keluarga dan Manfaatnya Bagi Kesehatan



Berikut ini 60 jenis tanaman obat keluarga yang bisa anda budidayakan sebagai apotek hidup di pekarangan rumah. Buka link berikut: https://www.facebook.com/media/set/?set=a.472861263094352.1073741861.195214184192396&type=1&l=f26604fd33

Daun Koleng susu

Daun Koleng susu untuk diabestes, tempel di kaki sa... wah dapat ilmu baru ni...


#risetpetanikampung: Jus TeGa

Biru Merah dengan Jus "Tega" TelangNaga. Segarrrrrrrr.

#risetpetanikampung: Teh Telang sereh dan talam sorgum

Pelan-pelan menikmati segarnya seruput teh telang sereh ditemani kue talam sorgum buatan istri... 

Anjing Penjilat


Anjing penjilat
Menjilat apasaja
Asal bisa naik kelas
Bersatunya anjing-anjing penjilat
Menjilat pantat para majikan
Biar dapat puja-puji
Bisa dapat jaket majikan
Tak boleh ada yang meraung
Tak boleh ada yang meradang
Anjing-anjing penjilat akan menggonggong
Walau ekornya buntung, otaknya sepotong
Anjing penjilat dapat kemewahan
Perut buncit penuh cacing
Dalam kandang beratap bara api
Ta'i busuknya tak jadi soal
Pasti tertutup jaket majikan
Teruslah makan hati
Biar mati satu lubang

NHN, 13032018

#risetpetanikampung: Clitoria ternatea di Kota Kupang

Telang (Clitoria ternatea), tanaman ini baru masuk di pulau timor, NTT pada pertengahan tahun 2017. Dikembangkan menjadi pakan ternak di laboratorium lapangan Fakultas Peternakan Undana. Lalu dikembangkan juga oleh Noverius Nggili menjadi bahan pewarna pangan (nasi biru, kue, minuman non alkohol dan yang beralkohol) dihalaman rumahnya di jalan Souverdi Oebufu (Bibit diperoleh dari Bogor dan juga dari Laboratorium lapangan Fapet Undana).




Sama-sama Telang, tapi yang satu beralkohol (di sloki), yang satu non alkohol (di cangkir)...
 #risetpetanikampung

#risetpetanikampung, #manfaatkanhujan


Penebalan bedengan serbuk kayu dengan pemberian mulsa alami sekaligus sebagai pupuk hijau semak bunga putih (Chromolena odorata). #risetpetanikampung - #permakultur - #manfaatkanhujan - #praktekbagiilmu - #omongkobuat

13 Tahun Pak Emu

Hahae No Mole Dame: Welhelmus Nggili, 14 Februari 2005 - 14 Februari 2018.

AVATAR

Ini cerita di negara Api, ketika negara Air dan Angin bersatu melawan si tuan pimpinan dinas di negara api. Para staf dinas negera api itu mulai siap-siap berperang, dong mulai buka kartu satu-satu:
"kalo untuk staf absen harus ketat, tapi kalo untuk tuan dan nyonya pimpinan na boleh rubah absen. Ini sesuai aturan ko? Tuan lupa 1 hari kerja = 7,5jam e. Tuan pimpinan dinas di negara api suru dayang-dayang ko sibuk urus absen dan apel pagi siang, ma kelakuan kamomos tu sonde liat diri e... pasukan negara Air dan Angin siap menyerang...
Lalu su kusu kasak siap amunisi, tuan pimpinan dinas di negara api itu buat sendiri kebijakannya, pemotongan 10% dari anggaran dinas di negara api itu untuk fee lobi-lobi dewan adat. Konon harga satu kali kunjungan dewan adat di negara api itu 500ribu dan bahkan sampai 5juta, tergantung nilai proyek adat yang ada. Wuih itu dewan adat su ada gaji, tunjangan besar dan fasilitas kemewahan ju pake fee proyek lai e...Tuan pimpinan dinas negara api hati-hati te sediki lai boom itu pasti meledak... jang lupa diri e tuan, su berlangsung dari tahun lalu to... 10% dari anggran dinas tu banyak hang... itu bukan lu pung nene moyang pung uang e... itu uang rakyat... para pasukan negera Air dan Angin kumpul bukti-bukti ni...
Tuan pimpinan dinas negara api itu pake cara busuk ko supaya bisa tekan staf dengan sonde mau tanda tangan berkas kepegawaian staf, kalo sampe lewat waktu tuan pasti terima boom pertama... para pasukan negera Air dan Angin kumpul bukti-bukti ni...
Tuan siap kasi kuat dada memang te tuan su mau menuju terali besi ni, itupun kalo tuan jago ko lolos OTT lai... ceke doi haram na lupa Tuhan Allah. NANTI su kena boom baru bilang orang niat jahat ko sembayang minta kutuk, awas ko kutuk makan bale tuan pung diri.
Tuan jangan lupa, ganti plat mobil dinas setelah pulang kantor... sonde apa-apa, plat luar ju bae...
Wow, negara Api memang panas e... pasukan negara Air dan Angin ada siap banyak amunisi.... baca ko tidor sonu su...

NHN, 13022018

Sampoerna itu jadi sempurna

Sampoerna itu jadi sempurna
Waktu akan menjawab
Kita atau kalian
Niat tulus atau fulus
Pembangun atau penghancur

Akh, ternyata kalian hanya pecundang
Tak bertanggungjawab hanya membual
Mengaku merpati ternyata ularbeludak
Penghisap darah, lupa daratan

Ya, waktu akan menjawab
Sampoerna itu jadi sempurna..