POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Komunitas geng motor iMuT (Aliansi Masyarakat Peduli Ternak) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melatih warga Desa Kuanheum, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang membuat biogas atau bahan bakar alternatif dari limbah ternak.
Upaya ini ditempuh untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah dan kayu bakar.
Hal ini disampaikan koordinator umum geng motor iMuT, Noverius Nggili, kepada Pos-Kupang.Com, Sabtu (20/8/2011).
Menurut Noverius Nggili, pada tahap awal mereka melakukan sosialisasi dengan program 'sekolah jalanan'. Beberapa materi sosialisasi yaitu pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas, menjadi dukun ternak, obat tradisional untuk ternak, praktek pembuatan briket arang untuk kompof biomassa, bokashi semak bunga putih dan blok suplemen pakan gula lontar," kata Noverius Nggili.
Menurutnya, mereka kebetulan sempat belajar di sekolah dan kampus formal. "Tetapi kami juga masih harus lebih banyak belajar dari orang lain terutama masyarakat petani-peternak sebagai pelaku utama pembangunan yang memiliki ilmu dasar," kata Noverius Nggili.
Dijelaskan, konsep 'sekolah jalanan' adalah 'berbagi ilmu sebelum ajal menjemput, karena percuma juga jika memiliki banyak ilmu namun tidak sempat berbagi dengan orang lain, terutama yang membutuhkan.
"Banyak orang senang kalau punya gelar magister, doktor bahkan profesor kata lainnya 'ilmuwan' tetapi ilmunya tidak dapat diaplikasikan oleh masyarakat, berarti ilmuwan itu telah gagal. Lebih gagal lagi kalau tidak sempat ia bagikan ke masyarakat luas tentang buah pikirannya itu dan hanya ajal yang menerima ilmunya," ujar Noverius Nggili.
Editor : Novemy Leo »» Penulis : Oby Lewanmeru »» Sumber : Pos-Kupang.ComUpaya ini ditempuh untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah dan kayu bakar.
Hal ini disampaikan koordinator umum geng motor iMuT, Noverius Nggili, kepada Pos-Kupang.Com, Sabtu (20/8/2011).
Menurut Noverius Nggili, pada tahap awal mereka melakukan sosialisasi dengan program 'sekolah jalanan'. Beberapa materi sosialisasi yaitu pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas, menjadi dukun ternak, obat tradisional untuk ternak, praktek pembuatan briket arang untuk kompof biomassa, bokashi semak bunga putih dan blok suplemen pakan gula lontar," kata Noverius Nggili.
Menurutnya, mereka kebetulan sempat belajar di sekolah dan kampus formal. "Tetapi kami juga masih harus lebih banyak belajar dari orang lain terutama masyarakat petani-peternak sebagai pelaku utama pembangunan yang memiliki ilmu dasar," kata Noverius Nggili.
Dijelaskan, konsep 'sekolah jalanan' adalah 'berbagi ilmu sebelum ajal menjemput, karena percuma juga jika memiliki banyak ilmu namun tidak sempat berbagi dengan orang lain, terutama yang membutuhkan.
"Banyak orang senang kalau punya gelar magister, doktor bahkan profesor kata lainnya 'ilmuwan' tetapi ilmunya tidak dapat diaplikasikan oleh masyarakat, berarti ilmuwan itu telah gagal. Lebih gagal lagi kalau tidak sempat ia bagikan ke masyarakat luas tentang buah pikirannya itu dan hanya ajal yang menerima ilmunya," ujar Noverius Nggili.
0 komentar:
Posting Komentar
"Silahkan Tulis Yang Ada dalam Kepala Anda"