Bahkan: Beta dan ribuan akademisi yang terlahir dengan gelar sarjana peternakan, khususnya yang ditelurkan oleh Fakultas Peternakan Undana sudah lebih banyak jumlahnya dari Ternak Sapi yang ada di NTT, khususnya di pulau Timor.
Persoalannya sampai sekarang perkawinan antara pemerintah se NTT dan bibit unggul dari Fapet Undana selama ini hanya sebatas proyek. Habis Proyek yah.. habis sudah masa berlakunya dan tinggal kenangan saja. Beta teringat sekitar tahun 2000 ada proyek Village Breeading Center untuk pembibitan Sapi di Kefa yang menekankan pada sisi perbaikan mutu pakan untuk perbaikan mutu genetik... hasilnya sekarang hanya paronisasi yang mana sapi-sapi Bali tersebut justru sudah habis dijual.. Pejantan dan betina unggul su son ada lai. Belum lagi bibit-bibit sapi yang diadakan saat proyek oleh pemda banyak yang sudah hancur mutu genetiknya.
Beta juga teringat banyaknya seminar Peternakan di NTT. Salah satunya saat kegiatan ISMAPETI (Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia) di Kupang selama lebih dari satu minggu. Kalau son salah sekitar tahun 1998/1999.. Materinya baik di Studium General dan diskusi panel sampai praktek lapangan: menggagas kembali peternakan di NTT, khususnya sapi mulai dari sistem peternakan sampai pengolahan pasca panen. Pemerintah NTT, khususnya Dinas Peternakan juga terlibat saat itu... apalagi dedengkot alumni Fapet Undana mulai dari Dosen (Ir, Magister, Dr sampai Profesor), Pejabat kici besar juga hadir, termasuk senior Fapet Undana yang sekarang jadi wakil gubernur. Setelah hampir sepuluh tahunan.... Apa hasilnya...??? tidak ada satupun rekomendasi untuk perbaikan peternakan di NTT yang di pakai. Khususnya tentang perbaikan mutu genetik dan ternak antar pulau. Bibit yang bagus di potong dan atau kirim keluar NTT. Yang tersisa hanya bibit yang selama ini hanya kakaknya kambing dan rusa saja. Untung sempat buat VBC di kefa, dan kalau tidak salah juga di amarasi.
Mengembalikan mutu genetik sapi Bali perlu berapa puluh tahun lagi? Memaksakan masuknya bibit sapi Brangus dll sebagai sapi bibit unggul yang daya adaptasinya dengan iklim serta pakan di NTT jauh di bawah daya adaptasi Sapi Bali/banteng jawa yang sudah masuk ke pulau timor seratusan tahun sejak jaman belanda. Apa yang bisa diharapkan?? Mempertahankan sapi Ongole disumba juga sama nasipnya.
Mau bicara pakan alias makanan ternak, huhhhhhh.... jangan tanya lagi! yang pasti sudah sangat berkuang karena laju pembangunan yang tidak jelas tata ruangnya dan berkurangnya padang-padang penggembalaan akibat perluasan pemukiman dan pertambangan. Di Kota Kupang Mall di bangun di tempat sumber air dan sawah yang biasanya setelah panen padi ada ternak sapi yang digembalakan. Beberapa titik padang penggembalaan di oesapa dan lasiana su penuh dengan kamar kos, gudang, belum lagi dengar-dengar akan dibuat terminal antar kabupaten atau antar negara ko.... di kabupaten kupang, TTS, TTU beberapa titik pertambangan mangan justru sebelumnya tempat berkeliarannya sapi waktu mencari makan di siang hari.
Harusnya Ilmunya ada di Fapet Undana yang telah menghasilkan ribuan alumni serta PPS Prodi Peternakan Undana. Tapi sayang, hasil penelitian, skripsi, tesis, jurnal ilmiah hanya sebatas jadi prasyarat akademik dan kum/kredit untuk naik pangkat. Tersimpan dengan manis di perpustakaan dan itupun kalau tidak sudah hilang. Sehingga jangan tanya lagi apa isi skripsi atau tesis itu...... Coba kalau ketemu alumni Fakultas Peternakan yang bukan dosen...dan secara tiba-tiba anda bertanya apa isi skripsinya, apa latar belakang serta kesimpulan dan saran dari skripsi yang dia hasilkan. Saya sangat yakin 99.9% sudah lupa!
Perkembangan peternakan di NTT, khususnya sapi sudah hancur. Bibit terbaik hasil domestikasi banteng jawa itu sudah kembali ke kampung asalnya PULAU JAWA, BALI dan tidak sedikit yang sudah jadi feces manusia serta calon fosil di hongkong dan singapura. Bahkan di bali Sapi terbaik dari Timor di jadikan tontonan di "Bali Safari and Marine Park" (semacam kebun binatang). Dengan membayar Rp.85.000/0rang kitong su bisa maloi itu sapi dong dalam gerombolan sekitar 20-an ekor.
Sekarang Siapa yang mau dipersalahkan????
Kitong semua bertanggung jawab atas peternakan di NTT. Tapi jangan latah dan gegabah... evaluasi?? su ulang-ulang dilakukan! lalu kenapa gagal terus?
Kapan NTT ada sapi terbaik lagi?
Beta Pesimis Pemerintah NTT mampu mengembalikan NTT sebagai gudang Ternak seperti yang gaungkan lagi oleh Om Frans Leburaya dan Om Eston Foenay sekarang, kalau semangatnya bukan untuk memperbaiki mutu genetik dan membuat regulasi aturan, memilih aparat yang baik untuk mengontrol ternak antar pulau tidak terlebih dahulu dibuat. Apalagi kalau kerjasama dengan akademisi berbau proyek saja. Mungkin saja akademisinya dapat uang dan dapat kredit dong..biar cepat jadi profesor dan pejabat serta pimpronya juga tambah kaya... lalu masyarakatnya dapat apa?? Dapat huruf SAPI BALI saja. Mengeluarkan dengan biaya produksi tinggi tapi hasil yang didapat minimum. Apa ini bukan mubazir namanya.
Percayalah: NTT memang akan jadi gudang ternak (SAPI) tanpa Ternak yang baik!!! Kecuali bersembunyi dibalikkata-kata bijak... demi anak cucu kita nanti....he..he..he..he...
Tapi kalau mau Nekad saran saya:
1. Pemerintah usulkan ke DPRD untuk meloloskan anggaran pengadaan Bibit 1.000.000 ekor sapi Bali betina dan 500.000 bibit sapi bali jantan atau 10 konteiner semen bekunya (sperma beku) dengan bobot badan 650-850 kg.
2. Merobohkan Flobamor Mall dan gudang-gudang besar serta menjadikannya sawah/kebun hijauan makanan ternak serta padang penggembalaan,
3. Menghentikan tambang mangan di lokasi yang sebelumnya padang penggembalaan serta mengharuskan pengusaha tambang tersebut menanam dan merawat tanaman hijauan makanan ternak.
4. Pemerintah NTT harus mau bekerjasama dengan alumni dan atau Akademisi Fakultas Peternakan untuk memanfaatkan keahlian dan karya ilmiah yang telah dihasilkan. Itupun harus hilangkan mental proyek dan hanya cari kum/kredit.
5. Dijamin dalam waktu tidak lebih dari 3 tahun NTT sudah kembali menjadi gudang ternak (Sapi Bali) nomor wahit di indonesia.
Kalaupun ada peternakan sapi yang berhasil dikembangkan itu hanya sebatas komunitas kecil dari sedikit orang yang peduli dengan peternakan sapi itu. itupun jangan coba-coba membandingkan bobot badannya dengan sapi sejenis 40tahun yang lalu....
Pemikiran lain menurut Beta... Lupakan sapi Bali alias Banteng Jawa itu... karena mereka telah kembali ke kampungnya.
Pemerintah NTT harus melirik hasil laut, pariwisata dan peternakan dari satwa yang memang endemik NTT. Ada kambing, ada rusa timor, ada babi, ada ayam... ada keindahan alam gunung mutis yang berkabut lebih indah dari puncak bogor.. keindahan bawah laut di pulau alor yang jauh lebih indah dari bunaken, ada pantai nembrala dan bo'a yang lebih cantik dari pantai kuta dan sanur.. dll.
Potensi ikan laut di perairan laut NTT yang tidak perlu APBD bahkan APBN untuk memeliharanya. Tapi sayang selama ini tidak semua hasil laut yang sudah diambil dimanfaatkan untuk kemakmuran orang NTT. Coba tanya POLAIRUT atau AL yang beroperasi di laut NTT...berapa banyak kapal-kapal Nelayan yang bukan asal NTT menangkap ikan di NTT? informasi yang saya dapat hanya sedikit Nelayan asal NTT (orang NTT atau orang luar NTT yang sudah menjadi warga NTT) yang menangkapikan di laut NTT. Lebih banyak kapal-kapal nelayan dari luar NTT (terutama sulawesi). Apa yang bisa kita bayangkan? Ikan dari laut NTT tapi uangnya untuk orang di propinsi lain. Padahal kalau mau serius ini pemerintah dengan DPRD merancang Perda Penangkapan ikan di laut NTT. Minimal hasilnya di akui sebagai hasil ikan laut NTT dan pasti orang NTT dapat manfaatnya. Dan untuk ini tidak perlu dana Milyaran rupiah serta waktu puluhan tahun kan!!!! Selain itu tingkatkan fasilitas dan sarana prasarana pengolahannya. Minimal Pabrik Pengolahan Ikan Kaleng! BERANI?????
Pengembangan potensi pariwisata juga merupakan suatu jawaban dari pada menjadikan NTT sebagai gudang ternak! Perbaiki sarana transportasi ke tempat pariwisata, menggalakkan promosi pariwisata serta menyiapkan infrasturktur dilokasi pariwisata. Semua itu bukan tidak bisa orang NTT lakukan.
Oh..ya... ini hanya refleksi saja, libur lebaran barusan saya sekeluarga mengunjungi "Bali Safari and Marine Park" di daerah Gianyar. Apa yang saya lihat. ada empat ekor KOMODO dalam sebuah kandang taman dari kayu yang ada kaca pembatasnya dilengkapi kolam ikan. Sehingga kita dapat dengan mudah melihat Komodo itu. Anak saya bilang bukankah KOMODO ini dari NTT? Kitong orang NTT datang liat Komodo di bali? Selama ini orang NTT termasuk FAN mendiskusikan bagaimana memasukan Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia... banyak pendapat menolak dan tidak asal tolak pemindahan 10 ekor Komodo ke Bali... Hahhhhh ternyata Kekayann NTT bukan hanya Cendana, Ikan, Mangan dan Marmer yang telah di rampok daerah lain. Bukan latah dengan perampokan budaya kita oleh malaisia.Tapi ini Nyata: BALI TELAH MERAMPOK SATWA AJAIB KITA!! Empat ekor komodo dengan manisnya menjadi tontonan para turis domestik dan manca negara. Mereka berkata: ternyata kalau mau lihat SATWA AJAIB itu tidak usah repot-repot ke Pulau Komodo di NTT.... suatu pemandangan yang membuat saya sebagai orang NTT harus merenung.... benarkah pemuliaan bibit Komodo itu? atau pencurian satwa untuk kepentingan pariwisata? betapa kagetnya saya ketika keluar dari kawasan pertunjukan itu dijual pula macam-macam souvenir komodo.salah satunya Tas bergambar Komodo dengan logo "Bali Safari and Marine Park". Apakah ini artinya kita telah dibodohi??????
LUPAKAN SAJALAH NTT SEBAGAI GUDANG TERNAK (SAPI). PASTI GAGAL!!!
Mau bertaruh????
Akhirnya sebagai bibit yang terlahir dari Fakultas Peternakan Undana, saya lebih baik beternak ayam dan babi! Dan itu sudah serta sementara saya lakukan. Minimal untuk makan sekeluarga.
Selamat berefleksi
NHN
0 komentar:
Posting Komentar
"Silahkan Tulis Yang Ada dalam Kepala Anda"